KEBUMEN - Sejumlah petani cabe di Kabupaten Kebumen mengalami gagal panen karena tanamannya terkena banjir dan terserang hama, sehingga daunya mengering. Hal itu yang dialami Tasinah petani cabe asal Desa Karangrejo, Kecamatan Petanahan.
Tanaman cabe keriting seluas 100 ubin miliknya secara keseluruhan tampak mengering karena terserang hama dan banjir. Ia pun tak bisa berharap banyak untuk menuai hasil panen yang didapat. Karena dalam satu hari ia hanya bisa menghasilkan 5 Kg cabai.
Padahal penjualan cabe di pasar saat ini sedang naik tajam, dalam 1 Kg bisa mencapai Rp80 ribu. Disaat harga sedang tinggi-tingginya Tasinah bersama beberapa petani lain di Petanahan justru tidak bisa menuai hasil panen yang maksimal, sesuai harapan.
"Ya tadi karena tanamannya terkena hama patek, sama banjir, cuaca, hujan yang terus menerus, jadi untuk tanaman cabe tidak cocok kerendam air. Padahal cabe lagi mahal-mahalnya, sehari paling bisa dapat 5 Kg," ujarnya saat ditemui, Senin (6/1).
Tasinah sudah menanam cabe sejak lima bulan yang lalu. Bulan lalu sempat mendapat hasil yang melimpah, dalam satu kali panen bsia mendapatkan 5 Kwintal Cabe. Namun saat itu, harga cabe sedang murah-murahnya, untuk 1 Kg ya dihargai Rp8 ribu rupiah
"Sekarang giliran pas mahal, malah kita kita gagal panen. Ini yang kita ambil hanya sisa-sisa yang kemarin, penghabisan," ujarnya.
Dengan melihat kondisi tanaman yang sudah tidak bisa diharapkan, maka ia pun bakal mulai menanam cabe lagi dari awal. Tasinah berharap ke depan bisa hasil panen cabenya melimbah dan bisa dijual dengan harga yang normal, tidak terlalu murah.
"Kalau murah banget kaya kemarin tidak ketemu cuman Rp8 ribu, ada yang Rp7 ribu. Tanaman ini kan juga perlu pupuk, terus kita juga memperkejakan orang-orang di sini untuk ikut merawat tanaman," jelasnya.
Secara terpisah, Kepala Dinas Pertanian dan Pangan (Distapang) Kebumen Teguh Yuliono mengatakan, naiknya harga cabai ini disebabkan oleh pola tanam dan masa tanam cabai yang berbeda serta lebih lama ketimbang jenis sayuran lainnya.
Selain itu, permintaan tinggi dari masyarakat juga menjadi faktor yang berpengaruh dalam fenomena naiknya harga cabai ini. Ia mengatakan untuk jenis cabai, memerlukan waktu empat bulan untuk siap panen.
“Pertama dari pola tanam di tingkat petani untuk cabai ini harus menunggu empat bulan, kemudian penyebab keduanya kebutuhan dari masyarakat yang meningkat. Seperti untuk hari-hari besar, termasuk libur Nataru, permintaan tinggi," ujar Teguh.
Ia mengatakan untuk jenis cabai yang paling mahal adalah jenis cabai besar seperti cabai tanjung karena banyak digunakan oleh masyarakat. Kendati demikian kenaikan harga ini yang terbilang tinggi ini juga dialami semua jenis cabai.
“Untuk tingkat nasional kebutuhan cabai juga tinggi, berlaku untuk semua jenis cabai dari mulai jenis cabai merah besar, rawit, keriting. Pada saat libur Nataru ni biasanya yang paling mahal jenis cabai merah besar seperti cabai tanjung, karena paling banyak digunakan masyarakat,” katanya. Saat Harga Tinggi, Petani Cabe di Kebumen Ini Gagal Panen.